Jumat, 24 Juli 2020

BIAYA HIDUP DIMASA PANDEMI

 
  Saya adalah siswi SMA yang sekarang kelas 3, disini saya tinggal bersama nenek dan saudara-saudara saya, saya mempunyai seorang adik laki-laki. Kalian pasti punya pertanyaan dimana kedua orang tua saya?kenapa saya tidak tinggal bersamanya? Ya saya tidak tinggal dengan mereka dikarenakan ibu saya meninggal akibat penyakit yang dideritaya dan bapak saya bekerja di Jakarta. Dulu saya mengontrak rumah di daerah Jakarta karena bapak saya, setelah tinggal di sana selama 3 tahun kami pindah ke Purworejo karena kami mendapatkan kabar bahwa kakek (bapaknya ibu saya meninggal) kemudian kami memutuskan untuk tinggal disana singkat cerita kami pindah ke Rembang untuk perobatan penyakit yang diderita ibu saya dan sekaligus ada yang mengurus saya jika saya tinggal di Rembang, hingga ibu saya meninggal ketika saya kelas 6 SD saya sangat terpukul karena waktu itu saya sedang ujian dan saya membutuhkan semangat dari sosok seorang ibu tapi Allah berkehendak lain saya berusa ikhlas menerimanya. 
    Hari-hari terus berlalu hingga saya tumbuh besar, hingga akhirnya pada bulan Maret 2020 ada sebuah virus yang bernama covid 19 atau yang lebih dikenal dengan virus Corona ini masuk dan menyebar dengan cepat di Indonesia hingga pemerintah membuat peraturan untuk tetap berada didalam rumah,menjaga jarak dan membatasi kegiatan masyarakat.Banyak negara-negara yang langsung menerapkan sistem lockdown tapi tidak dengan Indonesia saya yakin pemerintah ada maksud tersendiri dari tidak menerapkan sistem tersebut yakni apabila Indonesia menetapkan sistem lockdown lalu bagaimana keadaan rakyatnya? kelaparan? Ya tentu saja belum lagi keadaan orang yang benar-benar tidak punya dan harus tetap bekerja untuk menyukupi kebutuhannya, pada hari-hari biasa saja kadang mereka masih belum bisa mencukupi kebutuhan keluarganya apalagi jika Indonesia benar-benar menerapkan sistem lockdown, Indonesia akan mengalami krisis ekonomi yang sangat besar. Meskipun pemerintah membatasi kegiatan masyarakat tetapi pemerintah juga turut membantu meringankannya seperti memberi bantuan Corona sebesar Rp 600,000 pada setiap rumah yang dianggap kurang mampu dan bantuan lainnnya meskipun disalah gunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab sehingga pemberian bantuan dari pemerintah tidak tepat sasaran.
    Banyak sekali dampak dari virus ini. Saya dan keluarga saya juga terkena dampaknya. Sementara dampaknya untuk saya sendiri sebagai pelajar adalah kita harus belajar di rumah dan mengerjakan tugas yang sama sekali belum dijelaskan terkadang kita yang sudah dijelaskan oleh guru saja masih binggung apalagi semua serba online, semua materi dan jawaban harus kita cari sendiri dengan cara browsing jawaban di google, belum lagi kendala lainnya seperti tidak ada sinyal dan kuota habis. Hampir 3 bulan ini kuota menjadi hal yang sangat penting bagi saya seorang pelajar yang dimana jika kuota habis langsung beli itu pun kalau ada uang bagaimana kalau posisi sedang tidak ada uang? Tugas-tugas akan terus bertambah dan saya menjadi lebih binggung lagi untuk memulainya dari mana. 
   Dan dampak yang dirasakan keluarga saya adalah dimana bapak saya yang harusnya bulam mei pulang ke kampung halaman menjadi gagal karena virus ini, kerjaannya di Jakarta pun terkadang sepi, penghasilan bapak saya sebulan Rp 1.500.000.
    Berikut saya akan menjelaskan pendapatan dan biaya selama pandemi:
• pendapat bapak saya perbulannya RP 1.500.000
•kebutuhan: – Membeli pampers untuk kakek saya dengan harga Rp 60.000*2= Rp 120.000
•pampers adik saya seharga <+ Rp 85.000*²= Rp 170
• susu per-kaleng seharga Rp 11.000*8 = Rp 88.000
•kuota per 2Gb= Rp 43.000
Kebutuhan lainya seperti gas,beras,Uang gedung,uang jajan harian,air listrik dll
  Seperti biasa untuk anda yang secara sengaja atau tidak membaca postingan saya jika ingin menambah kan atau memberi masukan jangan takut/ragu-ragu karena masukan dari anda sangat berarti bagi saya. Sekian dan Terima kasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar